Karenanya,
rumah Allah ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat baik untuk beribadah atau
sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan
seperti ini pintu bangunan tua ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam.
Masjid yang
menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik
bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya
arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen
kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang
dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Merupakan
salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9
Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri
dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung
sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban
1329 H ( 10 September 1909).
Peninggalan
Sulthan Ma’moen lainnya yang hingga kini masih utuh bahkan menjadi andalan
objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26
Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya
seperti residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar
di berbagai pelosok bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli- kini wilayah Kodya
Medan, Kodya Binjai, Kab. Langkat dan Kab Deli Serdang.
Masjid Raya
Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik tidak seperti
bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat. Masjid ini, dirancang
berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi utama - di depan, belakang, dan
samping kiri kanan, yang sekaligus menjadi pintu utama masuk ke masjid.
Antara serambi
yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh selasar kecil, sehingga melindungi
bangunan/ruang utama dari luar. Di bagian dalam masjid ini, ditopang oleh 8
buah pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi dan langsung menjadi
penyangga kubah utama pada bagian tengah. Sedangkan 4 kubah lainnya berada di
atas ke empat serambi selain ditambah dengan 2 buah menara di kiri-kanan
belakang masjid
Kecuali itu,
mimbar, keempat pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu
jenis merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh. Belum
lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap sudut
bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius yang teramat
dalam bagi tiap orang yang memasukinya.
4.MASJID RAYA AL-OSMANI
Masjid
Al-Osmani Jalan KL Yos Sudarso KM 18 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan
Labuhan merupakan bukti sejarah keberadaan Kesultanan Deli, di Medan.
Masjid
ini didirikan masa Kerajaan Melayu tahun 1857 oleh Raja Deli ke-7 yang bergelar
Sultan Osman Perkasa Alam. Masjid ini usianya 154 tahun atau lebih dari satu
setengah abad. Maka dari itu, Masjid Al-Osmani merupakan masjid pertama dan
tertua di Kota Medan.
Masjid
Al-Osmani ini kesannya sebagai bangunan lama dan bersejarah. Masih kental
terlihat dengan ornamen melayu, walaupun sudah banyak bagian masjid yang
direnovasi.
Letaknya
yang pinggir jalan raya, membuat musafir (orang dalam perjalanan jauh) suka
untuk melaksanakan ibadah di masji itu. Bahkan setiap salat Jumat, masjid
ini nyaris tidak mampu menampung jamaah yang hadir.
Menurut, Imam Rawatib Masjid Al-Osmani, H Basuki Said masjid Al-Osmani ini
sudah beberapa kali mengalami renovasi.
Pada
saat didirkan pertama kali masjid ini masih berbahan kayu namun seiring
perkembangan zaman, tepatnya pada tahun 1870-1872 masjid ini dibangun menjadi
bangunan permanen oleh Sultan Mahmud Perkasa.
“Masjid Al-Osmani merupakan mesjid pertama dan tertua di Kota Medan setelah
Masjid Raya Al-Mashun Medan,” ujarnya.
Di
bagian dalam masjid terdapat empat tiang yang berfungsi sebagai penyangga utama
kubah masjid. Empat tiang penyangga itu juga sebagai simbol empat sifat
kenabian. Selain pilar utama, di dalam masjid terdapat mimbar khatib yang masih
asli dengan bahan dari kayu pilihan dengan ukiran melayu memiliki tangga.
Sementara
itu, di areal masjid Al-Osmani, ada perkuburan wakaf. Dikuburan tersebut
terdapat lima Raja Deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja
Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Suilthan Amaluddin
Perkasa Alam (Raja Deli VI), dan juga Sulthan Usman Perkasa Alam dan Sulthan
Mahmud Perkasa Alam.
5.TJONG A FIE MANSION
Tjong
A Fie merupakan sejarah yang tak bisa dipisahkan dari Kota Medan. Tokoh
multikulturisme yang banyak berjasa membangun Medan. Tjong A Fie dilahirkan di
Provinsi Guandong, Kabupaten Maizen, di Desa Sukaou, Tiongkok, pada 1860 lalu.
Dia datang ke Medan dari Meixian, Guandong, pada 1875. Rumah Tjong A Fie
merupakan gedung bergaya Tiongkok kuno yang dibangun pada tahun 1900, lokasinya
terletak dijalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalah jutawan pertama di Sumatera
yang namanya sangat terkenal sampai sekarang walaupun ia sudah wafat pada tahun
1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan
para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga
saat ini rumah tersebut masih ditempati keluarga Tjong A Fie.
Tjong
A Fie dikenal menjadi orang Tionghoa pertama yang
memiliki perkebunan yang sangat luas. Ia mengembangkan usaha perkebunan
tembakau di Deli, teh
di daerah Bandar Baru, dan Si Bulan,
serta perkebunan kelapa Di Sumatera Barat, ia menanamkan modalnya di bidang
pertambangan di Sawah Lunto, Bukit Tinggi.Perkebunan
yang dimilikinya mempekerjakan lebih dari 10.000 orang tenaga kerja dan luas
kebunnya mengalahkan luas perkebunan milik Deli
Matschapaij yang dirintis oleh Jacobus
Nienhuys. Bahkan, ketika itu pemerintah Belanda memberikan 17
kebun kepadanya untuk dikelola.
Dalam
menjalankan bisnisnya, Tjong A Fie selalu mengamalkan 3 hal yakni, jujur, setia
dan bersatu. Ia selau berprinsip "di mana langit dijunjung di situ
bumi dipijak". Ia pun membagikan lima persen keuntungannya kepada
para pekerjanya.
5.ISTANA MAIMUN
Istana Maimoon berada di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan
Maimoon, Kota Medan, Sumatera Utara. Istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh
Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah dari tahun 1873-1924.
Dahulu, Istana Maimoon tidak hanya menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Deli,
namun juga sebagai pusat adat dan budaya Melayu, tempat bermusyawarah antar masyarakat
dan pusat dakwah Islam.
Istana Maimoon berarsitektur Melayu, dan bercorak Eropa. Ia
menjadi simbol kemajuan dan kemakmuran ekonomi, dan pluralisme budaya pada masa
pemerintahan Kesultanan Deli. Istana Maimoon bukanlah satu-satunya istana di
lingkungan Kesultanan Deli, namun keberadaan istana-istana yang lain sudah
tidak terlihat lagi. Di halaman Istana Maimoon terdapat Meriam Puntung yang
merupakan bagian dari Legenda Istana Maimoon.
6.MENARA TIRTANADI
Menara Air Tirtanadi merupakan
salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Menara air ini dulunya milik
pemerintahan kolonial Belanda yang bernama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer
Beresih yang berdiri pada tahun 1905. Menara Air ini selesai dibangun pada
tahun 1908 dan sekarang sudah menjadi milik PDAM Tirtanadi. Fungsinya untuk
mensuplai kebutuhan air bersih para penduduk yang sampai sekarang masih tetap
digunakan. Selain itu, Menara Air ini dulunya berfungsi juga sebagai Landmark
kota Medan.
Satu lagi ciri
khas kota Medan adalah bangunan menara air yang kini menjadi milik Perusahaan
Air Minum Daerah Tirtanadi. Ketika anda akan memasuki kota ini dari arah
selatan melalui jalan Sisingamangaraja, anda akan disambut dengan pemandangan
puncak menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga
kota sejak jaman Kolonial Belanda sampai sekarang.
6.GEREJA IMMANUEL
Gereja Immanuel merupakan Gereja
tertua di Medan. Lokasinya di Jln. Diponegoro yang dibangun pada tahun 1921.
Gereja ini
masih aktif digunakan oleh umat Kristiani, dengan kapasitas sekitar 500 kursi.
7.GEREJA KATREDRAL (SANTA MARIA)
Pada awal berdirinya tahun 1879,
Gereja Katedral Medan adalah sebuah gubuk beratap daun rumbia dan ijuk tempat
beribadat puluhan umat Katolik (yang mayoritas suku India-Tamil dan Belanda) di
Jl Pemuda No 1 (dulu disebut dan dikenal sebagai Jl Istana). Melihat
perkembangan jumlah umat yang pada tahun 1884 sudah
berjumlah 193 orang, maka sejak tahun itu sudah dipikirkan bagaimana
memperbaiki dan memperbesar gubuk beratap daun rumbia dan ijuk tersebut.
Barulah pada tahun 1905, ketika umat Katolik sudah berjumlah
1200 orang, pembangunan Gereja yang sekarang ini mulai dilaksanakan.
Pembangunan gereja pada tahun 1905 tersebut diprakarsai dan dilaksanakan oleh
para Pastor Ordo Jesuit yang bekerja
di Medan. Gereja Katedral ini pada waktu itu dibangun dengan dinding batu,
beratap seng dan sebagian masih beratap daun rumbia dan ijuk serta diresmikan
pada bulan Nopember tahun itu juga.
Mulai 30 Januari 1928,
Gereja diperluas dengan menambah bagian panti imam, ruang pengakuan dosa serta
dengan pelataran depan dan menara. Perluasan dan pembangunan permanent pada
tahun 1928 tersebut dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Mr. Han
Groenewegen dan dilaksanakan oleh Mr. Langereis. Hasil dari rancangan arsitek
dan pelaksanakan tersebut yang dapat dilihat saat ini, yang menjadikan Gereja
Katedral di Jl Pemuda No 1 Medan (dikenal dengan sebutan Gereja Katedral)
sebagai salah satu bangunan tua bersejarah dan bernilai arsitek yang tinggi di
kota Medan ini. Sebutan lengkap dan resmi untuk Gereja Katedral ini adalah
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bernoda Asal – Katedral Medan.
Ada satu bangunan tua lain di sisi kanan dari Gereja Katedral. Bangunan tersebut adalah rumah tempat tinggal para pastor yang biasa dikenal dengan sebutan pastoran. Pastoran Katedral dibangun pada tahun 1906 berdinding kayu dan juga beratap rumbia dan ijuk. Barulah dalam masa selama tahun 1964 – 1965 bangunan pastoran tersebut diganti dengan gedung permanen sebagaimana yang dapat dilihat pada saat ini. (sekretariat Katedral Medan).
8.KUIL SHRI MARIAMMAN
Kuil Shri Mariamman adalah
kuil Hindu tertua di Kota Medan, Indonesia.
Kuil ini dibangun pada tahun 1884 (ada pula yang
menyebut 1881)untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang
dikenal sebagai Kampung Keling. Kuil yang
menstanakan lima dewa, masing-masing Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha,
Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman itu dikelola
salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco,
Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah gopuram,
yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang
kuil-kuil Hindu dari India Selatan atau
semacam gapura.
9.VIHARA GUNUNG TIMUR
Vihara Gunung Timur adalah
kelenteng Tionghoa (Taoisme) yang terbesar dan tertua di Kota Medan, Indonesia
dan mungkin juga di pulau Sumatra. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1930-an.
Vihara Gunung Timur ini terletak di Jalan Hang Tuah, sekitar 500 meter dari
Kuil Sri Mariamman dan berada di sisi Sungai Babura Medan. Umumnya umat Budha
bersembahyang ke vihara ini setiap hari. Vihara ini juga untuk acara ritual
lainnya dalam Agama Budha seperti memperingati hari Ulang Tahun SIDHARTA
GAUTAMA, Perayaan Imlek dan sebagainya.
10.MUSEUM ABRI
Museum ini dibuka pada tahun 1971.
Museum ini adalah merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dan menyimpan
benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan Rakyat di Sumatera Utara pada Perang
Kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Mengunjungi Museum
ini dapat membayangkan kehebatan Perjuangan Pahlawan dimasa lalu.
11.RUMAH SAKIT UMUM PIRNGADI
- Didirikan Oleh Pemerintah Kolonial Belanda
- Peletakan Batu Pertama 11 Agustus Oleh Bocah 11 Thn Maria Constantia Macky Dan Diresmikan1930
- Pimpinannya : Dr.W. Bays Dengan Nama Gemente Zeiken Huis
- 1939 Diserahkan Kepada : Dr.A . A. Messing
- 1942 Jepang Masuk Berganti Nama : Syuritsu Bysono Ince Dan Pimpinannya Dipercayakan Pada PutrA. Indonesia : Dr.R. Pirngadi Gonggoputro
- Pada Masa Negara Sumatera Timur 1947 Berubah Nama Menjadi Rs Kota Medan Pimpinan : Dr.Achmad Sofyan
- Tahun 1952 Berubah Menjadi Rsu Medan
- 1955 Diserahkan Kepada Dr.H.A Darwis Dt Batu Besar
- 1958 Nama Rs Berubah Menjadi Rsu Pusat Besar Pimpinannya : Dr.Paruhum Daulay.
- Tahun 1969 Pimpinan Rs : Dr.Zainal Rasyid Skm Pada Masa Kepemimpinan Beliau Nama Rs Berubah Menjadi Rsu Pusat Propinsi Medan ( Provincial Top Referal Hospital ) ,25 Juni 1979 Melalui Sk Gubernur No : 159 /1979 Berubah Menjadi Rsu Dr.Pirngadi Medan.
- 1983 Diserahkan Pimpinannya Pada Dr.Je .Sudibyo
- 1986 Pimpinan Rs Dijabat : Dr.Raharjo Slamet
- 9 November 1990 S/D 26 Maret 1998 Dipimpin Oleh : Prof.Dr.Rizal Basyrah Lubis,Sp.Tht.
- 27 Maret 1998 S/D 5 Maret 2002 Dipimpin Oleh Dr.Alogo Siregar ,Spa.
- 27 Desember 2002 Rsu Dr.Pirngadi Diserahkan Oleh Pemerintah Propinsi Sumut Ke Pemko Medan ,5 Maret 2002 Sampai Sekarang Dipimpin Oleh : Dr.H.Sjahrial R. Anas ,Mha
- Perda No. 30 Tahun 2002 Dan Sk Walikota Medan No.55 Tahun 2002 Tanggal 6 September 2002 Berubah Menjadi Badan Pelayanan Kesehatan Rsu Dr.Pirngadi KotaMedan Sampai Sekarang.
12.MUSEUM NEGERI MEDAN
Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara diresmikan
tanggal 19 april 1982 oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan DR Daoed Yosoef,
namun peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia
pertama Ir. Soekarno tahun 1954 yang berupa Mekara, oleh karena itu museum ini
terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum ini merupakan Museum terbesar di
Sumatera Utara yang memiliki koleksi berbagai peninggalan Sejarah Budaya
Bangsa, Hasil Seni dan Kerajinan dari berbagai Suku di Sumatera Utara
13.HOTEL DE BOER (INNA DARMA DELI)
Inna Dharma Deli merupakan satu
hotel peninggalan zaman Hindia Belanda.Dari banyak gedung bersejarah di
Medan,bangunan hotel yang dulunya bernama De Boer ini merupakan salah satu
gedung bersejarah yang masih dipertahankan.Hotel Dharma Deli merupakan satu
unit hotel dari PT National Hotels and Tourism Corp Ltd (Natour) yang merupakan
persero pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata Pos dan Telekomunikasi
RI yang bergerak dalam bidang jasa perhotelan dan restoran.
Manajer Marketing Hotel Inna Dharma Deli Sahrial Azhar
mengungkapkan bahwa Hotel Dharma Deli merupakan penggabungan dua unit hotel,
yaitu Hotel Wisma Deli dan Hotel Dharma Bakti (eks Hotel De Boer). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No 4/1973 dinyatakan bahwa eks Hotel Wisma Deli dan
eks unit Hotel Dharma Bakti (eks Hotel De Boer) dijadikan satu unit,yaitu unit
Hotel Dharma Deli dan dimasukkan dalam modal negara Indonesia pada PT
Natour.
Berdasarkan surat keputusan Direksi PT Natour No 2272/SK/76
berlaku sejak 1 April 1976, sesuai kebijaksanaan dalam efisiensi dan
perkembangan kepariwisataan dan upgrading unit, Hotel Dharma Bakti dengan Hotel
Wisma Deli digabungkan menjadi satu unit usaha dengan nama Hotel Dharma Deli.
Hotel Dharma Bakti awalnya merupakan hotel milik perusahaan Belanda bernama NV
Hotel Mijn De Boer dan didirikan pada 1878.Pada 1909, Hotel De Boer
ditingkatkan hingga memiliki 40 kamar dengan 400 buah lampu.Pada 14 Desember
1957, dalam rangka nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda,Hotel NV
Mijn De Boer diambil alih pemerintah Indonesia.
Letjen Jamin Ginting, Panglima T7T-I/BB, sebagai pengurus
Militer Daerah Provinsi Sumut diserahi kuasa dari pihak pengurus/kuasa NV Hotel
Mijn De Boer dan NV Grend Hotel, yaitu Hendrik Erselink. Hingga saat ini,
bangunan eks Hotel De Boer masih dipertahankan. Posisinya berada di bagian
tengah yang berlantai dua dan memiliki 51 kamar. Sementara itu, Hotel Wisma
Deli yang didirikan pada 1965 mulanya merupakan tempat akomodasi yang fungsinya
semacam mes dengan restoran dan bar.Namun, melihat perkembangannya secara
bertahap, hotel ini memperluas operasionalnya.Pada 1968,mereka merampungkan
penambahan tiga kamar sehingga total menjadi 15 kamar.
Pada 1970, perluasan dan penambahan kamar telah dilakukan
dengan mendirikan bangunan bertingkat III di tambah ground floor sehingga
kamarnya menjadi 24 unit. Kemudian, menurut Sahrial, pada 1975 kembali
dilakukan perluasan dengan pembangunan gedung bertingkat dua dengan jumlah
kamar yang dibangun sebanyak 10 unit sehingga tersedia 49 kamar. Saat ini,Hotel
Inna Dharma Deli secara keseluruhan telah memiliki 176 kamar dan bangunan yang
digunakan untuk kantor.”Saat ini, bangunan hotel kami terbagi tiga
bagian,pertama High Risebuilding yang terdiri atas delapan tingkat dengan 82
kamar.Kemudian, eks Hotel De Boer dua tingkat dengan 51 kamar dan terakhir
Garden Wing atau eks Wisma Deli dengan 49 kamar,” paparnya.
Sales Executive Hotel Inna Dharma Deli Nelly Gultom
menambahkan, manajemen hotel masih berupaya tetap mempertahankan bangunan eks
Hotel De Boer. Bahkan, bangunan hotel warisan Belanda ini sama sekali tidak
mengalami perubahan.”Tidak ada yang kami ubah. Kami hanya melakukan pengecatan
dan penggantian keramik lantai karena banyak keramiknya yang pecah,”ungkapnya.
Berdasarkan pantauan SINDO, bangunan hotel eks De Boer yang berada di posisi
tengah memang masih seperti bangunan yang dulu mirip dengan foto
aslinya.Arsitektur bangunan hingga ornamen tempo dulu tetap dipertahankan.
Peneliti dari Pusat Studi Ilmu Sejarah dan Ilmu Sosial
(Pusis) Unimed Eron Damanik mengungkapkan, mereka sudah beberapa kali meninjau
keberadaan Hotel Dharma Deli. Hingga saat ini, bangunan eks Hotel De Boer itu
masih dipertahankan. ”Dari penelitian yang kami lakukan paling tidak 80%
bangunan Hotel De Boer masih tetap dipertahankan.Kebijakan ini merupakan hal
yang baik sehingga Hotel Dharma Deli tidak sekadar tempat menginap, tetapi
pengunjung bisa mendapatkan informasi tentang sejarah hotel itu,” paparnya.
14.RUMAH SAKIT TEMBAKAU DELI
Rumah Sakit Umum Tembakau Deli pada awalnya bernama Rumah Sakit VEREGNIDE DELI MAATSCHAPY (RSVDM) yang didirikan oleh NV. VDM pada tahun 1908. Pada Periode 20 November 1958 s/d 31 Mei 1960, NV. VDM berubah nama menjadi PPN (Perusahaan Perkebunan Nasional) sedang RS. VDM beberapa kali mengalami perubahan nama, yang akhirnya menjadi Rumah Sakit Umum Tembakau Deli.
15.RUMAH SAKIT ELISABETH
Bagaikan seseorang yang sedang mendaki gunung, demikianlah
Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE saat ini sedang berada dalam
perjalanan. Cukup panjang perjalanan yang telah dilalui, namun masih lebih
panjang lagi perjalan yang akan ditempuh. Setelah mendaki dan terus mendaki… di
tengah perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE ingin sejenak
menoleh ke belakang untuk melihat keberadaannya dan menatap ke depan yang penuh
harapan selama 77 tahun dan 82 tahun. Rumah Sakit Santa Elisabeth dan
Kongregasi FSE telah mengalami berbagai peristiwa : kesuksesan, kegagalan, dan
jatuh-bangun silih berganti. Pengalaman inilah yang menghantar Rumah Sakit
Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE hingga menjadi seperti adanya sekarang. Dari
semua pengalaman di atas Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE ingin
menimba spirit untuk melanjutkan pendakian hingga ke puncak dan ke puncak.
Rumah Sakit Santa Elisabeth yang mulai dibangun 11 Februari 1929 dan diresmikan
17 November 1930. Masyarakat umum, khususnya setiap orang yang pernah mendapat
pelayanan di Rumah Sakit Santa Elisabeth, merupakan saksi hidup perkembangan
rumah sakit yang berawal dari satu batu bata, hingga menjadi seperti keadaannya
yang sekarang. Patah tumbuh hilang berganti, para pendiri sudah tiada, para
pengelola silih berganti.
Dalam sejarahnya Rumah Sakit Santa Elisabeth tidak dapat
dipisahkan dengan Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), sebab Rumah
Sakit Santa Elisabeth menemukan cikal bakalnya dalam Kongregasi FSE. Keduanya
bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu sama lain. Oleh karena
itu selain menggambarkan perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth selama 77 tahun
berkarya di Medan, Web Site ini juga akan memaparkan perjalanan Kongregasi FSE
dan karya-karya kemanusiaannya sejak 82 tahun yang lalu hingga sekarang telah
tersebar di berbagai Persada Nusantara.
16. Gereja Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP)
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jalan Sudirman
didirikan tanggal 1 Agustus 1912. Karena itu, gereja ini layak menjadi salah
satu heritage dan ikon sejarah bagi Kota Medan. Oleh karena itu, keberadaan
gereja ini harus dipertahankan dan dirawat.
Pemko Medan sendiri sangat mendukung proses revitalisasi
gereja HKBP Sudirman ini. Bangunan ibadah ini adalah bangunan bersejarah, bisa
menjadi ikon dan heritage Kota Medan. Karena itu wajar kalau dirawat